Asa Firda Inayah kembali membuat sindiran setelah dirinya mendapat perlakuan tak mengenakan dari oknum-oknum yang diduga tak suka padanya.
Pemilik akun Facebook Afi Nihaya Faradisa itu memang terkenal lewat tulisannya yang selalu menginspirasi.
Buah pikiran Asa yang ditulis dalam karya-karyanya dinilai sebagai sudut pandang yang tak biasa.
Bagaimana tidak, di usianya yang masih 18 tahun, Asa punya pemikiran kritis soal permasalahan di negeri ini.
Ia pun tak ragu menyampaikan kritikan tersebut lewat tulisan-tulisan yang kemudian viral di dunia maya.
Namun, keberanian Asa menyampaikan pendapat ini tampaknya tak disukai oleh beberapa pihak.
Hal itu sangat dirasakan oleh Asa tatkala dirinya sering mendapat ancaman dan teror dari orang tak dikenal.
Siswi lulusan SMA 1 Gambiran ini mengaku pernah ditelepon dan menerima inbox di Facebook-nya .
“Saya dianggap sebagai liberal, sekuler dan tidak berpihak kepada Islam,” kata Asa, sebagaimana dikutip dari KOMPAS.com, Jumat (19/5/2017).
Tak hanya itu, akun Facebook Asa yang selama ini menjadi media untuk menuangkan buah pikirannya juga sempat di-suspend selama beberapa saat.
Kendati demikian, gadis kelahiran Tulungagung, 23 Juli 1998 ini memilih untuk tidak merespon ancaman tersebut.
Sementara, untuk yang mengancam melalui inbox Facebook-nya, dirinya memutuskan untuk menghentikan pertemanannya.
“Langsung saya blok,” katanya.
Lebih lanjut, di usianya yang terbilang masih sangat muda, Asa justru mengaku tak gentar apalagi takut dengan oknum-oknum yang berusaha membungkamnya.
“Saya tidak takut. Soalnya yang membenci saya banyak. Tapi yang mencintai saya juga banyak,” ucapnya.
Meski tak akan membawa peristiwa tersebut ke ranah hukum, putri pasangan Wahyudi dan Sumarti ini mengaku tetap waspada dengan ancaman yang ia terima.
Asa juga tak mau berhenti menulis untuk menyampaikan kritikan serta pendapatnya seperti biasa.
Hal tersebut tampaknya mulai terbukti setelah tulisan bernada menyindir kembali muncul di laman Facebook Asa, Senin (22/5/2017).
Dikutip dari KOMPAS.com, pada tulisannya kali ini, Asa berpesan kepada adik-adik kelasnya yang masih duduk di bangku SMP dan SMA agar tidak perlu menyampaikan pendapatnya, apalagi segala hal yang menyangkut negara ini.
Ia meminta anak-anak muda duduk diam dan menyaksikan orang dewasa melakukan hal-hal yang mereka anggap benar meski belum tentu demikian.
“Jangan bersikap kritis. Jangan berpendapat.
Jangan suarakan keresahan kalian.
Jangan berpikir macam-macam, apalagi sampai berani mempertanyakan sebuah keadaan yang telah lama tertata.
Kalian tahu, para orang dewasa itu kadang-kadang membingungkan.
Mereka ingin negara mereka maju, tapi suara yang menyeru kemajuan ramai-ramai dibungkam hanya karena mereka tidak ingin ego mereka sebagai pihak-lebih-tua-yang-selalu-benar akan terusik.
Hanya karena mereka tidak mau posisi mereka sebagai orang yang lebih superior tercabik.
Mereka tidak mau dibangunkan dari tidur panjang, tak seorangpun ingin kehilangan kenyamanan.”
Begitu bunyi penggalan tulisan Asa yang diberi judul ‘Cara Agar Hidupmu Damai di Negeri Ini’
Tak hanya meminta anak muda menjadi generasi yang pasif, Afi juga mencontohkan dirinya yang mendapat banyak hujatan dan ancaman karena sikapnya yang vokal mengritik permasalahan di negaranya sendiri.
Tak ayal, tulisan ini langsung disukai oleh 7,2 ribu akun pengguna Facebook.
Seperti biasa, netizen pun meramaikan laman Facebook Asa dengan komentar mereka.
Simak tulisan Asa selengkapnya di bawah ini!
CARA AGAR HIDUPMU DAMAI DI NEGERI INI
Teruntuk adik-adikku di SMP dan SMA, jangan pernah bersuara. Jangan pernah percaya diri untuk tampil berbeda. Jangan bersikap kritis. Jangan berpendapat. Jangan suarakan keresahan kalian. Jangan berpikir macam-macam, apalagi sampai berani mempertanyakan sebuah keadaan yang telah lama tertata.
Kalian tahu, para orang dewasa itu kadang-kadang membingungkan. Mereka ingin negara mereka maju, tapi suara yang menyeru kemajuan ramai-ramai dibungkam hanya karena mereka tidak ingin ego mereka sebagai pihak-lebih-tua-yang-selalu-benar akan terusik. Hanya karena mereka tidak mau posisi mereka sebagai orang yang lebih superior tercabik.
Mereka tidak mau dibangunkan dari tidur panjang, tak seorangpun ingin kehilangan kenyamanan.
.
Wahai adik-adikku yang akan memimpin para orang dewasa itu di negeri ini beberapa tahun lagi,
Sekolah ya sekolah saja. Datang, duduk, kerjakan tugas, ujian, pulang. Jangan berani mengkritik sistem pendidikan, guru, atau peristiwa di sekitarmu. Kau hanyalah bocah yang tak tahu apa-apa, lalu apa hakmu untuk bersuara?
Simpanlah rasa keprihatinanmu untuk diri sendiri, jangan sampai mereka melumatmu bertubi-tubi. Kalau bisa jadilah anak yang datar, yang biasa-biasa saja. Tak banyak menarik perhatian, kujamin kau aman.
Jadilah seperti umumnya anak-anak lain yang memenuhi hapenya dengan foto selfie, menghabiskan waktu nongkrong di kafe, eksis di mana-mana. Jangan sampai kalah penampilan sama teman-temanmu itu.
Bersenang-senanglah juga selagi muda, haha hihi chatting sama pacar, lalu piknik kalau lagi jenuh. Hobi menulis atau membaca itu terlalu sederhana, tidak memberi kebanggaan kalau dipamerkan ke teman. Dan curang atau nyontek saja kalau kesulitan mengerjakan soal ujian, kemudian saat lulus corat-coret baju dan konvoi di jalan raya.
Pada akhirnya, saat kau punya rasa penasaran yang tidak terpuaskan, kau akan merasa wajar ketika mencari obatnya dari lingkungan yang menggiringmu pada seks, narkoba, dan kenakalan khas remaja. Bukankah juga banyak temanmu yang seperti itu?
Jadi adik-adikku,
Jangan mikir yang berat-berat, apalagi belajar untuk jadi bijaksana dan berpemikiran terbuka sejak usia muda. Karena alih-alih diapresiasi, kau mungkin akan dilumat bertubi-tubi.
Tidak usah.
.
Adik-adikku para harapan bangsa,
Belakangan ini seorang anak telah membuktikannya. Entah berapa ribu kali pesan penghakiman telah dilontarkan orang. Entah berapa ribu kali ia dikatakan tidak pernah ngaji atau tidak berpihak pada agama yang ia anut dengan keputusannya sediri.
Ia memaparkan pandangan universal yang dipahami oleh semua agama, sedangkan beberapa orang memberi tanggapan dan tandingan hanya dengan menggunakan perspektif yang berasal dari keyakinannya sendiri. Dimana nyambungnya?
.
Justru itulah yang coba anak itu sampaikan, mengapa beberapa orang memaksakan kebenaran agamanya dan menutup mata bahwa orang lain pun juga meyakini hal yang sama terhadap agamanya.
Apakah kau menyadari bahwa tiap pemeluk di tiap agama itu sama taatnya, sama tulusnya, dan sama yakinnya denganmu?
Apakah kau sadar bahwa masing-masing juga punya kitab yang menurut versi mereka adalah sebuah kebenaran yang tak terbantahkan?
Apakah kau sadar bahwa mereka juga bisa membela imannya dengan kegigihan yang sama?
Apa yang coba ia sampaikan hanyalah untuk menjaga kerukunan, hanyalah untuk menghormati klaim kebenaran versi sendiri-sendiri. Tuhan menciptakan kita dengan pikiran yang berbeda, tidak diseragamkan sesuai kehendak orang yang (cuma) merasa jadi wakil-Nya.
.
Ia hanya menyampaikan bahwa bersikap takwa dan setia pada agama tidak harus dengan mendiskreditkan keyakinan yang berbeda.
Betapa susahnya memahami hal sesederhana itu saja, sampai-sampai bullyan tak hentinya datang.
.
Adik-adikku sayang,
Ingatlah yang kakak sampaikan.
Jangan terlalu tinggi harapan! Kau lihat sendiri, di negeri ini,
Korupsi, rusak moral, dan sepi nalar tidak apa-apa, asalkan kau tidak berkata terlampau jujur terhadap realita.
© Afi Nihaya Faradisa”
No comments:
Post a Comment